Menu

Pages

Pages - Menu

Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Alih Kode

A. Pengertian Kode
Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas, Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa, dan bahasa lawak)
Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/language pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register.

B. Alih Kode
Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. Appel memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi.

sorof





Shorof menurut bahasa adalah berubah atau mengubah. Mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk yang lain. Misalnya merubaah bentuk bangunan rumah kuno menjadi bentuk bangunanrumah yang modern.

pengantar nahwu



NAHWU adalah kaidah-kaidah  Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.
Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل, Isim Tafdhil mengikuti wazan أفعل, berikut keadaan-keadaannya semisal cara mentatsniyahkan, menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan keadaan kata ketika sudah tersusun (murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il jika sebelumnya menunjukkan Mu’annats dll

Beberapa Teori Belajar



Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori  Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.





Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori  Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.



Bahasa Satu dan Bahasa Kedua



Pambelajaran Bahasa Nasional dan Bahasa Asing
PEMBAHASAN
Suatu yang urgen kami jelaskan adalah aspek pendidikan dalam pengajaran bahasa asli dan bahasa – bahasa asing, serta  masalah yang menjadi dampak dari penagajaran tersebut dari aspekmetode pembelajaran, kemudian setelah itu pengukuhan akan kekhususan – kekhususan psikologis dalam pengajaran bahasa asing. Bahasa yang pertama sering kita kenal dengan sebutan bahasa “um” (induk) atau bahasa asli. Pada fashl selanjutnya kita akan menjelaskannya bagaimana cara mendapatkan, mengetahui dan pertumbuhannya pada anak kecil hingga pada taraf  tinggi
Yang pertama: aspek pendidikan dalam pendidikan bahasa
1.      Bahasa asli (Nasional)
Anak kecil mengusahakan dasar bahasa yang diucapkan sebelum ia masuk pada sekolah dan menggunakannya dalam pengucapan yang sangat luas dalam seluruh kebutuhannya, dan ketika ia sudah duduk di bangku sekolah baru ia mempelajari cara membaca, menulis dalam kerangka dasar.
Pendidikan bahasa sangat penting dalam masa modern ini lebih – lebih bahasa yang bersifat pengucapan. Bahwa ia di anggap sebagai asas/dasar aturan pengungkapan bahasa tulisan yang tampak sebagai inti bahasa.
Menciptakan pendidikan dalam rangka memperbagus pendidikan bahasa
Bahasa tulisan perspektif sastrawan (Kharoman, 1973, hal. 43-59) adalah bentuk resmi dari bahasa yang membedakan kekhususan – kekhususan tertentu dari aspek kosa kata, susunan kata antara bahasa sedangkan kalam dalam bentuk non resmi pada umumnya, yang digunakan dalam interaksi sehari – hari dan ....
Berdasarkan perbedaan kedua penjelasan tadi muncul persoalan dialek yang tersebar pada suku – suku yang berbeda – bedatermasuk didalamnya dari aspek suara, gramatikal, kosa kata, bahkan juga arti dan perbedaan lahjah yang lain itu digunakan pada suku yang lain yang  menggunakan psikologi bahasa asli/ “um” dalam bentuk tertulis sebagaimana asalnya
Sebagimana kita ketahui bahwa bahasa pokok   yang  mendunia yang tersebar  luas yang tersebar didunia (mendunia) seperti bahasa arab, inggris dan prancis, tidak kita dapati didalamnya kecuali satu dialeg yang membedakan dengan bahasa induk kita.
Dialeg yang berbeda-beda itu tampak pada studi tentang wilayah-wilayah tertentu antara perkotaan dan desa atau kota kecil ataupun juga kota besar ataupun antara penduduk kota yang satu ataupun antara suku-suku yang berbeda-beda.
Perbedaan dialeg tidak  himpunan gaya bahasa yang berbeda, pengucapan penduduk yang berbeda-beda ia adalah satu kesatuan yang menggunakan bahasa satu yang paling dikenal dikalangan kaumnya. Dan ini yang mendorong satu daerah atau selain itu  penduduk bagi anak kecil dalam sekolah bertujuan mendekatkan antara individu anak secara umum terhadap kesatuan budaya dan agama yamg satu disandarkan terhadap kekelahan besar. Penetapan ini tidak mudah dari segi , bahkan kadang-kadang mustahil.
Penduduk arab mengartikan bahasa sebagai asas-asas interaksi antara daerahnya yang berbeda yang mereka maksud adalah bahasa al-Qur’an. Penduduk arab ini menganggap bahwa teks yang satu itu dinisbatkan terhadap anankya.
Selain itu, teori bahasa modern menyodorkan kepada guru sebagai hasil yang harus digunakan ketika mengajarakan bahasa kaum. Hasil ini semana-mana terterah pada kitab haroman tahun 1978 hal 43/48:
a.       Penilaian cara atau pendekatan tunggal untuk penelitia.
b.      Pentingnya bahasa lisan (bahasa modern) dan perbedaan antara mereka dan antara bahasa tulisan
c.       Kaidah taklidiah  tidak ada dalam bahasa prilaku.
d.      Kaidah taklidia tidak mencakup semua aspek bahasa tapi terfokus kepada aspek selain bahasa.
e.       Penambahan guru dalam membahas ilmu psikologi bahasa khususnya yang berkaitan dengan cara anak kecil mendapatkan bahasa sebelum masuk pada ranah sekolah.
f.       Menjelaskan cara anak kecil memeahami hubungan antara hubungan gramatikal antara individu dan yang lain.
g.      Keindahan kerangka belajar bahasa modern dalam pendidikan sastra bahasa kaum dari aspek autor dan reader
h.      Belajar menganalisis bahasa dalam tingkatan terdahulu ialah  belajar bahasa ibu. Sesungguhnya siswa  mampu menggambarkan  dirinya dengan bahasa itu dengan mudah. Tanpa memperhatikan aturan atau koidah bahasa tersebut. Kecuali jika pemahama koaid itu dapat membantunya dalam memahami bahasa tersebut

2.      Bahasa Asing.
Perkembangan pengetahuan tentang bahasa asing bermacam-macam
a.       Sejak pertengahan masa sekarang belajar bahasa ditinjau dari aspek cara metode mempelajarinya dan materi keilmuan dan alat-alat yang telah di tentukan dan dasar-dasar kebahasaan dan psikologi yang semuanya termasuk metode pembelajarannya.
b.      Dan sampai awal masa sekarang adanya pemahaman materi yang penting dalam bahasa resmi, seperti halnya kemampuan bahasa yang terpusat kepada pusat sekolah-sekolah ketika muritnya mempelajari bahasa asing, yaitu kemampuan membaca.
c.       Dan pada awal masa sekarang muncul pergerakan kebahasaan dengan cara langsung. Sesungguhnya siswa-siswa yang belajar sikologi bahasa asing mendapatkan darinya bahasa ibu.
d.      Setelah itu muncul 30 metode pembelajaran yang kebanyakan menggunakan kata asing, seperti bahasa inggris menggunakan tulisan  asing.
e.       Sejak perang dunia kedua khususnya dalam wilayah amerika mulai memahami dengan bahasa yang baru dan pemikiran mereka condong kepda pembentukan kata, memperbanyak mufrodat.
f.       Bahasa perkataan dan bahasa percakapan itu kebanyakan memperhatikan munculnya suara, yang tidak mengungkapakan bahasa tertulis dan menggunakan teknologi untuk membantu guru dalam pembelajaran.
Dari aspek psikologis bahasa prilaku bahasa dinggap sebagai identiyas kelompok biasanya ditunjukkan oleh pengusahaan bahasa dari cara merespon dan mencerna bahasa. Oleh karena para sikolog berpendapat bahwa perilaku bahasa adalah bagian palinh kecil bahasa.
Kedua: psikologis aspek pengajaran bahasa asing
Dipengaruhi oleh sifat dari aspek psikologis baik fisiologis dan biologis manusia. Aspek fisiologis pengaruh yang sangat gugup, dan sisi biologis dalam kehidupan manusia yang berpengaruh efektif dalam mengajar bahasa asing. Selain itu ada aspek pengaruh mental dan pendidikan dalam pengajaran bahasa, misalnya, motivasi merupakan salah satu faktor kunci dalam pendidikan secara umum, apakah dampaknya pada pembelajaran bahasa atau belajar pengetahuan di berbagai bidang dalam berbagai tahap pembelajaran. Faktor-faktor berikut ini adalah sebagai berikut:
1. Neurofisiologis karakteristik dalam belajar bahasa asing
Meningkatkan banyak pendidik di dunia kontemporer, menjawab pertanyaan tentang usia yang tepat, yang dapat dimulai dalam belajar bahasa asing. Dalam beberapa tahun terakhir, konsensus mayoritas sedang menuju untuk mulai belajar bahasa asing secara bertahap pada usia awal... Setidaknya sebelum pubertas (studi Anderson)
Pandangan ini didasarkan pada anak-anak ketika mereka belajar lebih dari satu bahasa pada tahap awal kehidupan, kemampuan untuk mengumpulkan bahasa menjadi kemampuan lebih besar dibandingkan jika terlambat dalam pendidikan bahasa di tahap akhir kehidupan. Pandangan-pandangan ini telah mengindikasikan kemungkinan mengajar anak-anak untuk tiga atau empat bahasa di mana mudah dalam pengucapan dan kemampuan anak-anak untuk belajar bahasa asing, seperti kemampuan mereka untuk mempelajari bahasa asli.
Mendukung pandangan-pandangan yang berkepentingan banyak dalam studi linguistik. Ilmuan  Kanada menegaskan bahwa pikiran manusia kehilangan elastisitasnya setelah pubertas, sehingga bahasa belajar setelah periode kehidupan semakin sulit dari waktu ke waktu.
Di sisi lain, ada pandangan yang bertentangan dari mereka yang memperingatkan pembelajaran bahasa pada tahap awal kehidupan, di mana apa yang dikenal dalam neraca mereka adalah dampak yang menunjukkan bahwa sementara membuat dalam belajar bahasa asing selalu mempengaruhi belajar bahasa nasional (bahasa warga negara) sebagai berpengaruh pada pendidikan dalam pembangunan umum dan mental anak dan dalam tahap pertumbuhan di tahun-tahun pertama kehidupan.

Hal ini fisiologis penelitian neurologis telah dilakukan pada evolusi kapasitas fungsional pikiran dan menemukan
pada saat umur sembilan tahun sampai usia dua belas tahun, anak menjadi seorang spesialis dalam belajar untuk berbicara dengan ini, ketika sampai rentang usia, bisa belajar dua atau tiga bahasa yang sangat baik.
Selain itu ketika Anda bertambah tua, individu menjadi resisten terhadap pembelajaran bahasa, sehingga tugas guru untuk mempertimbangkan ketika mempersiapkan kurikulum bahasa, kemampuan mental yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Menurut pendapat dokter lain, "Benfield" itu akan berguna untuk bahasa kurikulum perencana, dengan mempertimbangkan penundaan mengajar bahasa asing sampai dekade kedua dalam kehidupan, dan harus diingat oleh mereka bahwa dalam kasus kegagalan dalam belajar bahasa asing, referensi untuk itu adalah bahwa mereka tidak kembali zona Waktu pertumbuhan otak khusus pada anak-anak, ada jam biologi dalam pikiran bekerja sama persis seperti pekerjaan fisik pada anak-anak.
Rumah memiliki peran yang efektif dalam pengajaran bahasa, di mana rumah di sini jejak dalam pendekatan mereka tergantung pada perkembangan mental anak, ibu membiayai anaknya untuk belajar bahasa tapi motivasi terbesar anak harus sama.
Dan pikiran anak fleksibel dalam menerima bahasa, sedangkan pikiran diarahkan dalam berbagai arah, sehingga kemampuan orang dewasa untuk belajar bahasa, relatif kurang dari kemampuan anak.
Dan mungkin dapat dikonfirmasi dengan mencatat fenomena ketika seorang anak kembali belajar dampak pembedahan atau penyakit yang mempengaruhi daerah pidato setengah dari otak, anak kedua Alahad keduanya sama-sama ketidakmampuan untuk berbicara akibat cedera otak. Tetapi anak itu dapat berbicara lagi, tapi tidak seperti biasanya menempatkan pada bulan kemudian, sementara orang dewasa mungkin tidak dapat berbicara, dan menghentikan kemampuannya untuk berbicara pada keparahan cedera.
- Sifat biologis dari pembelajaran bahasa asing
Hal ini diketahui bahwa belajar bahasa nasional (bahasa pertama atau bahasa ibu) berdasarkan pada mekanisme biologi pada anak maka mekanisme otak tumbuh di masa-masa kritis, dan anak tidak kembali untuk berbicara dengan bahasa kaumnya sebelum mencapai usia dewasa, tidak bisa ke saluran berbicara bahasa manusia. Konfirmasi ini ( Lenneberg) dalam bukunya "dasar-dasar biologis bahasa," seperti yang meyakinkan Lenneberg bahwa bahasa nasional tidak mendapatkan kesamaan kemungkinan selama periode pertumbuhan dari masa kanak-kanak sampai usia lanjut, dan waktu yang paling penting dalam Fisiologi bahasa.
Dalam pandangannya bahwa batas pemerolehan bahasa pertama mendekati pubertas dapat diketahui dengan mengingat keterbelakangan mental yang muncul dari awal yang sederhana dan mulai dalam akuisisi bahasa sampai kedatangan mereka untuk perjalanan masa remaja awal, di mana ia menjadi remaja yang berbeda mental yang mampu berbicara dalam bahasa yang menjadi perbandingan yang lebih mendukung digunakan daripada sebelumnya . Oleh karena itu ketika menentukan tahap kritis dalam catatan akuisisi bahasa yang awalnya didefinisikan sebagai akibat dari kekurangan dalam pematangan bahasa, referensi ini disebabkan kurangnya penyesuaian output individu efek fisiologis saraf.
Dan Lenneberg menegaskan pentingnya aspek neurofisiologis bahasa akuisisi Bahasa asing asli, di mana ia menempatkan perkembangan bahasa ditempatkan dalam akuisisi dan pembelajaran bahasa pertama (Nasional) dan bahasa asing kedua sebagai berikut:






Tabel 8 - bahasa pengembangan dan akuisisi bahasa dan belajar bahasa pertama dan kedua
Bahasa
Umur
Perkembangan Bahasa
Bahasa Ibu (awal)




Bahasa Asing
0-3 bulan
4-20 bulan
21-36 bulan
3-10 tahun

11-14 tahun
Pertengahan remaja sampai sisa tahapan kehidupan
Menggeram dan
]ke kalimat
Perolehan Bahasa
Beberapa aturan khusus dan luasnya penggunaan istilah
Kemampuan untuk menggunakan bahasa asing
Perolehan dan pembelajaran bahasa kedua menjadi semakin sulit

Dalam sebuah studi Yeni - Komshian dan Zubin, dan Afendras  menunjukkan bahwa anak-anak muda lebih mampu mempelajari pengucapan suara berbicara bahasa kedua untuk orang dewasa. Penelitian ini memiliki dua set individu antara usia 5-21 tahun dan termasuk dua pengalaman belajar dan pelatihan selama tujuh jam pada perbedaan pengucapan bahasa asing, tetapi hasil penelitian ini tidak signifikan.
Perlu dicatat bahwa anak-anak dari imigran ke daerah asal baru dengan orang tua mereka jika mereka belum mencapai usia pertengahan masa remaja, mereka dapat mempelajari bahasa negara baru dan untuk berkomunikasi
dengan bahasa baru dengan pengucapan tingkat yang sangat dekat dari rakyat negeri ini dan jauh lebih menguasai dari orang tua mereka.
3. pendidikan dan mental aspek belajar bahasa
Menegaskan (Macnamara) mempengaruhi kemampuan anak fisiologis dan gugup untuk belajar bahasa asing untuk orang dewasa, dan menegaskan kembali pentingnya efek ini dalam belajar bahasa asing. "Macnamara" mengumumkan dalam pendapatnya tentang dampak dari apa yang diperkenalkan dari 77 mencari signifikansi pendidikan dan mental dalam pengajaran bahasa.
Studi "MacNamara" menunjukkan bahwa ada dampak yang seimbang antara anak-anak yang memenuhi syarat untuk belajar bahasa asing atau pengguna bahasa, yang ditentukan pengajaran bilingual mereka, anak-anak ini telah menjadi pemahaman yang lemah dari masing-masing dua bahasa untuk anak-anak yang akan dibahas dalam satu bahasa. "MacNamara" telah membuktikan bahwa warga negara yang berbahasa Inggris di Irlandia, yang telah menghabiskan 42% dari waktu belajar di sekolah belajar bahasa Irlandia, dan untuk ini mereka tidak pada tingkat yang sama dalam bahasa Inggris ditulis oleh anak-anak Inggris yang tidak belajar bahasa asing kedua karena mereka tidak memperoleh tingkat yang sama dalam penulisan bahasa Irlandia, seperti anak-anak Irlandia.
Bahkan, banyak dari percobaan mengajarkan bahasa asing hasil tidak konsisten satu sama lain. Referensi ke kondisi konflik yang berbeda eksperimental dari satu lingkungan yang lain karena ada pertimbangan dan faktor-faktor tertentu mempengaruhi hasil yang diharapkan dari setiap percobaan. Pertimbangan ini meliputi faktor-faktor yang tumpang tindih yang berhubungan dengan aspek pendidikan dan sosial, politis dan filosofis.
Dalam memperkirakan ke Alinskovy 1963 untuk "belajar bahasa asing atau bahasa kedua untuk anak-anak muda," mengacu laporan (
Stern) bahwa tidak diperlukan untuk menyingkirkan bahwa pengajaran bahasa pada tahap awal adalah tahap yang paling tepat dalam belajar bahasa asing, dan referensi ini dalam pendapat "Stern "dengan pertimbangan sebagai berikut:
A. Bahasa pengajaran - secara umum - yang diinginkan dari kedua sosial dan pendidikan.
B. Belajar bahasa, harus sepadan dengan tahap pertumbuhan pada anak-anak. Dalam arti bahwa tidak ada efek fisiologis menghambat pembelajaran bahasa dalam tahap kehidupan.
C.
Tanpa mencari usia yang tepat dalam belajar bahasa diketahui bahwa tahun-tahun pertama kehidupan dianggap tahun yang paling tepat untuk belajar bahasa asing.
Menurut
(Stern) bahwa belajar bahasa asing tidak terbatas pada urutan yang hanya masalah pribadi dari kurikulum atau cara mengajar atau waktu fisiologis sesuai dengan usia individu, tetapi ada pertimbangan lain dalam belajar bahasa. Pertimbangan ini harus ambisius dan tren sosial di antara individu-individu tertentu dalam suatu komunitas sekolah.
Pengembangan regulasi "Stern" berikut, yang menjelaskan pro dan kontra dari memperoleh bahasa pada usia yang berbeda:
  9oip
A. Anak : (3-10 tahun)
*Positif
^ Tahap sepadan dengan sistem aktivitas fisiologis saraf ke otak.
^ Belajar lebih mudah dan lebih efektif.
^ Pengucapan alami baik dari bahasa muncul pada tahap ini.
^ Usia ini memiliki dampak yang signifikan terhadap penarikan bahasa di usia berikut.
^ Pada tahap kehidupan mengarah untuk memperoleh bahasa yang akan digunakan untuk waktu yang lebih lama
.

* Negatif
^ Ada kemungkinan dalam pencampuran kebiasaan bahasa asing dengan bahasa pertama.
^ Pelajari pada tahap ini tidak bisa diperoleh tanpa sadar.
^ Waktu yang digunakan dalam pembelajaran bahasa tidak dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh.
B. Tahap Masa remaja (dari usia 11 tahun sampai akhir SMA)

*Positif
^ Ditandai kartu ini usia semakin menerima manifestasi dari bahasa pribadi atau kontak budaya.
^ Masih individu dalam usia ini mampu
menghasilkan tingkatan atas.
^ Ini tahap kehidupan yang ditandai oleh pertumbuhan kapita per tahap tingkat sebelumnya mental, dan kemampuan untuk mengingat tahap sebelumnya.
^ Apakah tidak terjadi kebingungan dalam usia antara belajar bahasa
pertama dan kedua.

 * Negatif
^ Kebutuhan untuk belajar dalam hidup ini untuk upaya yang lebih besar untuk pendidikan di tahap-tahap awal.
^ Keberhasilan seorang individu tergantung pada kemampuannya di informasi instalasi.
^ Ada kemungkinan untuk tidak menanggapi pengingat.
^ Pengalaman kekambuhan Terbukti dari hasil pendidikan tidak berharga.
^ Kemacetan dapat terjadi dalam kurikulum dan studi khusus yg bervariasi.

C. Dewasa: (setelah akhir Sarjana)
*Positif
^
Kekhususan tujuan dalam belajar dan jelas pada tahap ini.
^
     Motivasi untuk mempelajari lebih lanjut pada tahap ini.
^     Sebuah belajar dalam jumlah yang lebih besar, dan sedikit waktu yang dihabiskan.

* Negatif
^ Waktu yang tidak cukup untuk pembelajaran.
^ Tumpang tindih tugas dan pekerjaan lainnya

4.      Motifasi Dan Efek Dalam Belajar Bahasa
Bilingualism dan keanekaragaman bahasa keduanya merupakan contoh kesulitan dalam dunia kontemporer, dan dibeberapa zaman ditekankan untuk belajar bahasa nasional dan menolak dalam belajar bahasa asing (Jackobovitch 1971-76/79), dan penekanan ini kembali ditujukan kepada fanatisme dan kecenderungan sosial, dan menegaskan untuk kebudayaan
Dan dampak dalam dorongan untuk belajar bahasa asing :
a.       Kriteria  Menilai diri
Pengetahuan dasi sisi psikoogi sesungguhnya individu yang belajar bahasa asing,
b.      Sikap-sikap  Mahasiswa
Faktor yang kedua yang mempengaruhi dalam motivasi untuk belajar bahasa asing yaitu sikap-sikap siswa. Yang kadang-kadang siswa merasa kegiatan yang tidak masuk akal dalam belajar bahasa asing atau pada factor bahasa atau pada pekerjaan rumah yang bermain dalam rumah (Jackobovitch 1971-76/29)
Dan dari pengertian diatas bahwasanya anak-anak kecil atau sebagian dari orang dewasa mempunyai kecerdasan lebih sedikit dari rata-rata, tidak latihan dalam kegiatan ini seperti orang-orang besar atau para siswa yang cerdas. Dan kembali pada beberapa sikap siswa dalam belajar bahasa asing maka banyak dari para siswa memandang bahwa belajar beberapa materi harus berkaitan dengan ambisi beberapa murid


Dasar-Dasar Yang Harus Dipenuhi Dalam Belajar Bahasa Asing
Sesungguhnya dasar-dasar yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa asing pada waktu yang akan datang, terdiri dari:
1.      Tidak ada satu tujuan yang cocok dalam pembelajaran bahasa asing , mungkin berlatih dengan menggunakan metode logika. Dan tidak ada tanda untuk memulai belajar bahasa asing, mungkin kesempurnaan dalam bahasa percakapan, dalam membaca,  atau sebaliknya. Dan sebab dibalik itu semua yaitu perbedaan jarak para siswa dan kebutuhannya dan persiapannya.
2.      Wajib menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran program khusus dalam pembelajaran bahasa asing serta mengikuti keterampilan khusus  yang memungkinkan untuk menyempurnakan metode pengukuhan tujuan ini.
3.      Pembelajaran bahasa asing tidak dapat terlaksana hanya dengan tujuan yang tertentu saja, tapi dengan menguatkan kemampuan dan tujuan khusus dalam pembelajaran bahasa ini
4.      Soal khusus dengan umur yang sesuai untuk belajar bahasa asing, beberapa soal dianggap sulit sampai puncaknya,
Kesimpulan
·         Dalam belajar bahasa nasional anak-anak memperoleh dasar-dasar bahasa  pengucapan sebelum menginjak pendidikan sekolah dan menggunakannya pada pengucapan yang luas dalam semua kebutuhannya dan ketika menginjak masa sekolah mereka belajar membaca, menulis dalam bentuk resmi.
·         Dan perhatian penuh dalam beberapa pelajaran bahasa dengan bahasa pengucapan, antara bahasa penulisan dianggap sebagai aspek kepentingan.
·         Dalam pembelajara bahasa asing